Tersedianya suatu obat penyakit tidur Afrika yang diminum sedikit lagi akan menjadi kenyataan, kata ilmuwan Inggris yang mempercayai bahwa suatu obat dapat meningkatkan tingkat hidup lebih dari 50,000 orang yang menderita penyakit tersebut. Para peneliti telah mengembangkan suatu molekul yang berperan pada protein target baru, dan membunuh parasit yang bertanggung jawab atas penyakit ini.
Tim dari Paul Wyatt dari University of Dundee, bersama – sama dengan para koleganya dari University of York, mengembangkan beberapa molekul yang menghalangi N-myristoyl transferase (NMT) pada parasit Trypanosoma brucei. NMT menambahkan suatu asam lemak karbon 14 pada ujung lebih dari 60 rantai protein didalam parasit tersebut, yang mempengaruhi lokalisasi proteins, stabilitas dan fungsinya. ‘Yang membuat NMT sebagai target yang sangat bagus,’ kata Wyatt, ‘karena jika kita menghalangi hanya salah satu enzim saja kita akan mendapatkan berbagai konsekwensi downstream yang ada. Yang memberikannya kesempatan lebih besar dalam memiliki aktifitas anti parasitis.’
Penyakit tidur Afrika merupakan penyakit dengan dua tahapan – pertama parasit ditransimisikan oleh gigitan lalat tsetse dan memulai pada aliran darah. Kemudian, mereka migrasi ke pusat sistem saraf (CNS) dimana mereka mengganggu pola tidur indukan – lalu penyakit tersebut dinamai tersebut. Hal ini menunjukkan suatu permasalahan dalam medis yang berpotensi karena mereka perlu untuk mempunayi kemampuan dalam mempenetrasi CNS – yang terkenal sangat sulit karena hambatan darah-otak sangat efektif melawan tahapan kedua dari penyakit ini. Obat ini juga akan harus selektif untuk versi parasitis dari NMT terhadapa tipe manusia.
Persenyawaan timah pyrazole sulfonamida dari tim dan efeknya terhadap parasit penyakit tidur
Rob Leurs, dari VU University Amsterdam di Belanda, yang memimpin konsorsium internasional sedang menyelidiki penyakit tidur dan penyakit yang berkaitan seperti leishmaniasis, dan menyetujui bahwa NMT merupakan target menarik yang potensial. ‘Makalah ini menunjukkan suatu kombinasi yang menakjubkan dalam ilmu kimia dan biologi, pada tingkat targetnya, kultur sel in vitro dan in vivo model pra-klinis,’ kata Leurs. Akan tetapi, dia menambahkan bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan guna mengubah timah ini kedalam bentuk obat yang aktif, khususnya mengerjakan toksitas dan kemungkinan perkembangan resistansi parasit ini. ‘Namun ini adalah masalah standar pada penemuan obat,’ katanya.
Bagaimanapun, Wyatt sangat percaya diri bahwa ini dapat dilakukan: ‘Kita memiliki beberapa proyek yang akan diuji coba dan memecahkan permasalahan tersbut,’ katanya. ‘Tetapi apa yang kita ketahui sekarang adalah validasi bahwa pengganggu NMT yang bagus akan bekerja seperti yang kita inginkan seperti antiparasitis.’ Studi tim ini pada tikus juga menunjukkan bahwa mereka dapat mentragetkan secara selektif parasitis NMT. Mereka menemukan bahwa mereka dapat sepenuhnya menyembuhkan tikus yang terinfeksi dalam beberapa hari saja – walaupun pada dosis tinggi yang dapat diterima, namun Wyatt menekankan bahwa persenyawaan tersebut hanya sebagai langkah awal. Dia menambahkan bahwa hal ini akan berlangsung kurang lebih 18 bulan hingga dua tahun sebelum suatu molekul akan diuji secara klinis.
Salah satu kunci keuntungan dari suatu obat tersebut adalah kemampuannya untuk diminum secara manual. Pobat penyakit tidur belakangan ini semuanya dilakukan dengan suntikan dan mempunyai kelemahan utama – melarsoprol, suatu derifatif arsenic, membunuh sekitar satu dari 20 pasien dan mempunyai efek samping yang berbahaya; diantaranya eflornithine, yang kurang beracun, membutuhkan 42 jam infus intervensi sehari selama dua minggu. ‘Hal ini nyata – nyata tidaklah ideal pada negara yang sedang berkembang,’ kata Wyatt.
Phillip Broadwith
Referensi
J A Frearson et al, Nature, 2009, DOI: 10.1038/nature08893