Pelarut yang mengubah hidrophilisitas mereka pada penambahan dan pemindahan CO2 dapat menghilangkan kebutuhan untuk melakukan distilasi energi intensif pada skala industri.
Pada industri pemrosesan bahan kimiawi, pemisahan pelarut dari produk biasanya dilakukan dengan distilasi dan membutuhkan penambahan pelarut yang mudah menguap dan sejumlah energi yang sangat besar. Sekarang ini, Philip Jessop dan para koleganya pada Queen’s University di Kingston, Kanada telah mengembangkan suatu tipe pelarut baru yang dapat mengubah dari hidrophobik menjadi hidrophilik yang artinya dapat dipindahkan dari produknya tanpa distilasi.
Tim Jessop pertama kali memperkenalkan ide pelarut yang mengubah properti salvation mereka pada tahun 2005, saat mereka menemukan non-ionis dan non-polar amidines yang ditransformasikan kedalam suatu ionis dan cairan polar garam hexylcarbonate setelah menguap pada CO2 untuk beberapa jam. Setelah memelajari berbagai guanidines dan amidines, sekarang mereka telah menemukan bahwa solvent N,N,N‘-tributylpentanamidine, yang biasanya tidak dapat larut dalam air berubah menjadi dapat terlarut sepenuhnya dengan air saat CO2 ditambahkan.
Minyak kedelai yang baru-baru ini diekstraksikan dari kacang kedelai dengan menggunakan hexane, yang kemudian haruslah dipindahkan dengan distilasi. Sebagai suatu alternatif, pelarut yang dapat diganti pada bentuk hydrophobik-nya dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak. Lalu, penambahan air terkarbonasi mengubah pelarut menjadi bentuk hydrophilik dan suatu system biphasic yang berisi suatu lapisan minyak kedelai murni dan lapisan aqueous dibentuk. Setelah menuangkan minyak keluar, CO2 dengan mudah dapat dipindahkan dari larutan aqueous dengan memanaskan dan pelarut mengubah kembali ke keadaan hydrophobik-nya yang memungkinkan untuk dapat dipisahkan dari air dan digunakan kembali.
‘Teknologi ini dapat berguna pada aplikasi apapun, dan kemungkinan lebih banyak lagi yang mungkin belum kita pernah pikirkan sebelumnya,’ kata Jessop.
Nils Theysson, seorang ahli pada pelarut alternatif pada Max Planck Institute for Coal Research, Mülheim, Jerman merasakan bahwa ini merupakan benar-benar suatu langkah maju. ‘Suatu pelarut dengan pengubahan yang sangat mudah pada tingkat hidrophilisitasnya belum pernah terjadi sebelumnya dan patut mendapatkan perhatian spesial, dan banyaknya aplikasi yang potensial dari pelarut yang hidrophilisitasnya dapat diubah didokumentasikan pada kebanyakan studi kasus yang menstimulasi,’ katanya.
Tim Jessop sekarang bekerja pada pengembangan pelarut yang dapat diubah dengan biaya murah dan berharap proses ini dapat diskalakan pada industri. ‘Kita masih mengerjakan suatu analisa yang tepat persyaratan energi dan dampak lingkungan pada proses baru yang dibandingkan dengan distilasi,’ tambahnya.