Cerita sebelumnya : Reporter Edna beserta para reporterlainnya telah tiba dari perjalanan mereka di sebuah kota kecil ditengah gurun untukmewawancarai Manuka Das, seorang penulis yg di klaim bahwa dirinya telah menulissebuah kisah menakutkan sehingga telah membunuh dua orang dari pembacanya.
Rata2 orang dewasa memerlukan 10mg ironi, 12mg kesabaran,dan paling tidak 15mg humor setiap hari.
Edna berdoa untuk ketiga hal diatas sementara sang reporter terkenalDan Blather melangkah langsung mendekati si penulis, Manuka Das dan mencium tangannya.
Produser Blather, RonnyRott berbisik: “Stop! Menyentuh wanita melanggar aturan di tempat ini”
Blather menoleh pada produsernya dan berkata. “Rahasiasuksesku adalah semua wanita yang telah ku sentuh. Jika bukan di tangan, maka dihati.”
Rott dan Stella Tin (asisten Blather) memandang Blatherdengan pandangan sangsi. Namun beruntunglah Blather punya kekebalan bagus atas pandangan2 spt itu.
Edna dan reporter-reporter lain yang tadinya bergerombolsekarang sedikit mengambil jarak, saatpara kru dari TV internasional menyalakan lampu yang amat terang untuk memberikancahaya yang baik sebelum syuting wawancara dimulai.
“Huah, bisa tidak AC-nya didinginkan lagi?” ujar Blather,sambil mengelap alisnya dan mengoleskan make-up diwajahnya. Si agen Tina Mayer langsung menuju ke sisiruangan untuk melihat apa yang bisa dilakukannya.
Bahkan Manuka Das pun tampak kepanasan. Dia mengambil satugelas tinggi air es yg tersedia di depan Blather dan dia menuangnya ke sebuahcangkir untuk dirinya sendiri. Setelah satu tegukan Manuka Das duduk di kursiyang telah disediakan lalu mengipasi dirinya sendiri dengan menggunakanmanuskrip bukunya.
Producer Rott berkata “live in five” dan seketika suasanalangsung menjadi hening. Wajah Blather langsung berubah menjadi pura-purabersemangat dan antusias ketika berhadapan degan kamera dan memberikanrangkuman singkat pada pemirsa sebelum wawancara. “Bisakah cerita horror benar-benarmembunuh?, itulah pertanyaan yang ditanyakan dunia tentang ‘Scared to Death’,sebuah kisah yang telah membunuh dua orang pembacanya. Kita akan segeramengetahuinya-LANGSUNG di acara ini.
Menonton semua kejadian itu dari bagian belakang ruangan,Edna melihat bahwa pertanyaan Blather dapat mengendap di benak siapapun yang kerashati dan berpikiran skeptis, namun demikian cukup singkat untuk tidakmenghancurkan berita itu sendiri.
Sang penulis dengan tenang menjelaskan kalau kisah ituberdasarkan kejadian nyata, legenda dari iblis gurun, sebuah kekuatan nyata namun tak kasat mata yang hidup didaerah tsb. Ya, dua orang memang telah meninggal, namun sang penulis tidakdapat memberikan konfirmasi bahwa mereka mati karena membaca bukunya.
Blather nampak tertarik dengan paragraf pembuka buku itu, paragrafitu sepertinya tidak berbahaya. Kemudian Rott, si produser memotong siarantersebut untuk menayangkan iklan.
Blather duduk bersandar dan membaca sisa dari bab pertamabuku itu. Matanya berkedip dengan cepat membaca teks buku, nampaknya dia telahterjebak dalam senuah kisah yang menakjubkan.
“Back in five,”, kata sang produser.
Blather rupanya benar-benar terperangkap dalam kisah itu,dia diam, tidak merespon.
Ketika produser mengulang kembali, Blather tetap tidakbergerak.
Matanya berair.
Badan Blather tarjatuh, tersungkur ke dapan dan mengenaimeja kecil tempat gelas minumnya diletakkan.
“Ya ampun, dia pingsan,” ujar sang penulis.
Tanpa sadar tangan Edna menutup mulutnya dan berkata “Atau mati.”
Selanjutnya: “Bagaimana mungkin sebuah kisah bisa membunuh?”